Selasa, 18 Oktober 2011

ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus) DAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii)

KATA PENGANTAR
     Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada seluruh makhluk-Nya di semesta alam. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan nabi Muhammad Saw.

     Makalah ini membahas tentang hewan vertebrata khususnya tentang orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orang utan Sumatera (Pongo abelii). Dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian orang utan, Deskripsi, Ciri-ciri, Klasifikasi, Spesies dan subspesies, macam-macam orang utan (Kalimantan dan Sumatera), Lokasi dan habitat, Makanan, Predator, Cara melindungi diri, Reproduksi, Cara bergerak, Cara hidup, Populasi, Ancaman, Perdagangan ilegal, Status konservasi.

     Ucapan terima kasih penulis kepada ibu Sumiyati Sa’adah, M.Si selaku dosen mata kuliah Zoologi Vertebrata dan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga makalah ini dapat tersusun sesuai rencana dan harapan.
     Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mohon kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran terhadap makalah ini untuk perkembangan makalah selanjutnya. Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca.


Bandung, Juni 2011

Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

B.     Rumusan Masalah

C.     Tujuan Pembahasan

BAB II  PEMBAHASAN
A.    Orang Utan
B.     Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
C.     Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
D.    Peran orangutan dalam ekosistem
E.     Dasar hukum dan perlindungan orangutan
F.      Cara menciptakan model desa konservasi di habitat orangutan
BAB III  KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan beraneka ragam komponen biotik dan abiotik yang mengisi bumi. Komponen biotik meliputi berbagai makhluk hidup. Diperkirakan makhluk hidup yang menghuni bumi ini ada sekitar 100 juta jenis. Dari jumlah itu, baru sekitar 1,7 juta jenis yang telah diidentifikasi, diberi nama, dan diketahui manfaatnya. Meskipun ukuran dan bentuk makhluk hidup sangat beraneka macam, semuanya mempunyai ciri-ciri yang dapat membedakannya dengan makhluk tak hidup dan benda mati. Selain itu semua makhluk hidup banyak sel (multiseluler) mempunyai sistem organisasi yang sama, yaitu sel-sel membentuk jaringan, jaringan-jaringan menyusun organ, dan organ-organ saling bekerja sama dalam suatu sistem organ.
Misalnya pada kingdom Animalia meliputi berbagai jenis hewan. Ciri khas hewan adalah tidak mempunyai klorofil, mempunyai alat gerak aktif, eukariotik, dan bersel banyak. Kingdom Animalia dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya tulang belakang yaitu Vertebrata dan Invertebrata. Hewan yang termasuk dalam kelompok Vertebrata merupakan hewan kompleks. Kelompok hewan ini dibedakan menjadi beberapa kelas salah satunya adalah kelas Mammalia.
Selain latar belakang diatas, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstuktur mata kuliah Zoologi Vertebrata yang membahas kelompok-kelompok hewan yang memiliki ruas tulang belakang.






B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka penulis menyimpulkan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
A.    Bagaimana karakteristik umum kehidupan orang utan?

B.     Bagaimana karakteristik khusus kehidupan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)?

C.     Bagaimana karakteristik khusus kehidupan orangutan Sumatera (Pongo abelii)?
D.    Bagaimana peran orangutan dalam ekosistem?
E.     Apa dasar hukum dan perlindungan orang utan?
F.     Bagaimana menciptakan model desa konservasi di habitat orangutan?

C.    Tujuan Pembahasan
Mengingat tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan maka harus ditetapkan lebih dulu agar kegiatan itu dapat mencapai hasil yang diharapkan atau berjalan dengan baik dan terarah. Berikut ini adalah tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui :
A.    Karakteristik umum kehidupan orang utan.

B.     Karakteristik khusus kehidupan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).

C.     Karakteristik khusus kehidupan orangutan Sumatera (Pongo abelii).
D.    Peran orangutan dalam ekosistem.
E.     Dasar hukum dan perlindungan orang utan
F.      Cara menciptakan model desa konservasi di habitat orangutan.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    ORANG UTAN
Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera.

ï  Deskripsi

Istilah "orang utan" diambil dari bahasa Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan. Orang utan mencakup dua spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan (borneo) (Pongo pygmaeus). Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%.

ï  Ciri-Ciri

Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.
Orangutan memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter. Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.
Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh janggut disekitar wajah. Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba.
Berat orangutan jantan sekitar 50-90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya sekitar 30-50 kg. Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia. Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse. Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman.

ï  Klasifikasi

Orangutan termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki tulang belakang. Orangutan juga termasuk hewan mamalia dan primata.

ï  Spesies dan Subspesies

1.      Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu orangutan Kalimantan/Borneo (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii).
2.      Keturunan Orangutan Sumatera dan Kalimantan berbeda sejak 1.1 sampai 2.3 juta tahun yang lalu.
3.      Subspecies
v  Pembelajaran genetik telah mengidentifikasi 3 subspesies Orangutan Borneo : P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio. Masing-masing subspesies berdiferensiasi sesuai dengan daerah sebaran geografisnya dan meliputi ukuran tubuh.
v  Orangutan Kalimantan Tengah (P.p.wurmbii) mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Mereka merupakan subspesies Borneo yang terbesar.
v  Orangutan Kalimantan daerah Timur Laut (P.p.morio) mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan Timur. Mereka merupakan subspesies yang terkecil.
v  Saat ini tidak ada subspecies orangutan Kalimantan yang berhasil dikenali.

ï  Lokasi dan Habitat

Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatera di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl.
Orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson) merupakan salah satu hewan endemis yang hanya ada di Sumatera. Orangutan di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan. Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai Critically Endangered oleh IUCN. Di Sumatera, salah satu populasi orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatera Utara. Populasi orangutan liar di Sumatera diperkirakan sejumlah 7.300. Di DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson) kini diperkirakan 7.500 ekor. Padahal pada era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor. Populasi mereka terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis. Kondisi ini menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. Saat ini hampir semua Orangutan Sumatera hanya ditemukan di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan sebarannya. Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat daya (danau) yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat. Populasi orangutan terbesar di Sumatera dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa Singkil (1.500 individu). Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan dalam jangka panjang (viable) terdapat di Batang Toru,Sumatera Utara, dengan ukuran sekitar 400 individu.
Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai endangered oleh IUCN terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ee/Kutai_Orangutan_2008.jpg/220px-Kutai_Orangutan_2008.jpg
Lokasi dan habitat Orangutan

ï  Makanan

Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. 90% dari makanannya berupa buah-buahan. Makanannya antara lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis serangga, dan sekitar 300 jenis buah-buahan
Selain itu mereka juga memakan nektar,madu dan jamur. Mereka juga gemar makan durian, walaupun aromanya tajam, tetapi mereka menyukainya.
Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon.
Biasanya induk orangutan mengajarkan bagaimana cara mendapatkan makanan, bagaimana cara mendapatkan makanan, dan berbagai jenis pohon pada musim yang berbeda-beda. Melalui ini, dapat terlihat bahwa orangutan ternyata memiliki peta lokasi hutan yang kompleks di otak mereka, sehingga mereka tidak menyia-nyiakan tenaga pada saat mencari makanan. Dan anaknya juga dapat mengetahui beragam jenis pohon dan tanaman, yang mana yang bisa dimakan dan bagaimana cara memproses makanan yang terlindungi oleh cangkang dan duri yang tajam.

ï  Predator

Predator terbesar orangutan dewasa ini adalah manusia. Selain manusia, predator orangutan adalah macan tutul, babi, buaya, ular phyton, dan elang hitam.

ï  Cara Melindungi Diri

Orangutan termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya kepada orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.

ï  Reproduksi

Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada induknya merupakan yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun.
Orangutan berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan betina hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali. Umur orangutan di alam liar sekitar 45 tahun, dan sepanjang gidupnya orangutan betina hanya memiliki 3 keturunan seumur hidupnya. Dimana itu berarti reproduksi orangutan sangat lambat.
Orang utan dan bayinya

ï  Cara Bergerak

Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating.[6] Mereka juga dapat berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak dapat berenang.

ï  Cara Hidup

Tidak seperti gorila dan simpanse, orangutan tidak hidup dalam sekawanan yang besar. Mereka merupakan hewan yang semi-soliter. Orangutan jantan biasanya ditemukan sendirian dan orangutan betina biasanya ditemani oleh beberapa anaknya. Walaupun oranutan sering memanjat dan membangun tempat tidur dipohon, mereka pada intinya merupakan hewan terrestrial(menghabiskan hidup ditanah).

ï  Beberapa Fakta Menarik

v  Orangutan dapat menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk mengambil makanan, dan menggunakan daun sebagai pelindung sinar matahari.
v  Orangutan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan) mencapai 2.3 m.
v  Orangutan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam radius 1 km. Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya, memanggil sang betina, mencegah orang utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya.

ï  Populasi

Orangutan saat ini hanya terdapat di Sumatera dan Kalimantan, di wilayah Asia Tenggara. Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang lebat, maka sulit untuk memperkirakan jumlah populasi yang tepat. Di Borneo, populasi orangutan diperkirakan sekitar 55.000 individu. Di Sumatera, jumlahnya diperkirakan sekitar 7.500 individu.

ï  Ancaman

Ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orangutan adalah habitat yang semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya dijadikan sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan dan pepohonan ditebang untuk diambil kayunya. Orangutan telah kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun. Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan dibunuh oleh para petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama. Jika seekor orangutan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh dan anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat rehabilitasi didirikan untuk merawat oranutan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan induknya. Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat aslinya.

ï  Pembukaan Lahan dan Konversi Perkebunan Sawit

Di Sumatera, populasinya hanya berada di daerah Leuser, yang luasnya 2.6 juta hektare yang mencakup Aceh dan Sumatera Utara. Leuser telah dinyatakan sebagai salah satu dari kawasan keanekaragaman hayati yang terpenting dan ditunjuk sebagai UNESCO Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera pada tahun 2004. Ekosistemnya menggabungkan Taman Nasional Gunung Leuser, tetapi kebanyakan para Orangutan tinggal diluar batas area yang dilindungi, dimana luas hutan berkurang sebesar 10-15% tiap tahunnya untuk dijadikan sebagai area penebangan dan sebagai kawasan pertanian.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami berkurangnya jumlah hutan tropis terbesar didunia. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan berkurangnya laju deforestasi. Sekitar 15 tahun yang lalu, tercatat sekitar 1.7 juta hektare luas hutan yang terus ditebang setiap tahunnya di Indonesia, dan terus bertambah pada tahun 2000 sebanyak 2 juta hektare.
Penebangan legal dan ilegal telah membawa dampak penyusutan jumlah hutan di Sumatera. Pembukaan hutan sebagai ladang sawit di Sumatera dan Kalimantan juga telah mengakibatkan pembabatan hutan sebanyak jutaan hektare, dan semua dataran hutan yang tidak terlindungi akan mengalami hal yang sama nantinya.
Konflik mematikan yang sering terjadi di perkebunan adalah saat dimana Orangutan yang habitatnya makin berkurang karena pembukaan hutan harus mencari makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Spesies yang dilindungi dan terancam punah ini seringkali dipandang sebagai ancaman bagi keuntungan perkebunan karena mereka dianggap sebagai hama dan harus dibunuh.
Orangutan biasanya dibunuh saat mereka memasuki area perkebunan dan merusak tanaman. Hal ini sering terjadi karena orangutan tidak bisa menemukan makanan yang mereka butuhkan di hutan tempat mereka tinggal.

ï  Perdagangan Ilegal

Secara teori, orangutan telah dilindungi di Sumatera dengan peraturan perundang-undangan sejak tahun 1931, yang melarang untuk memiliki, membunuh atau menangkap orangutan. Tetapi pada prakteknya, para pemburu masih sering memburu mereka, kebanyakan untuk perdagangan hewan. Pada hukum internasional, orangutan masuk dalam Appendix I dari daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) yang melarang dilakukannya perdagangan karena mengingat status konservasi dari spesies ini dialam bebas. Namun, tetap saja ada banyak permintaan terhadap bayi orangutan, baik itu permintaan lokal, nasional dan internasional untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan. Anak orangutan sangat bergantung pada induknya untuk bertahan hidup dan juga dalam proses perkembangan, untuk mengambil anak dari orangutan maka induknya harus dibunuh. Diperkirakan, untuk setiap bayi yang selamat dari penangkapan dan pengangkutan merepresentasikan kematian dari orangutan betina dewasa.
Menurut data dari website WWF, diperkirakan telah terjadi pengimporan orangutan ke Taiwan sebanyak 1000 ekor yang terjadi antara tahun 1985 dan 1990. Untuk setiap orangutan yang tiba di Taiwan, maka ada 3 sampai 5 hewan lain yang mati dalam prosesnya.
Perdagangan orangutan dilaporakan juga terjadi di Kalimantan, dimana baik orangutan itu hidaup atau mati juga masih tetap terjual.

ï  Status Konservasi

Orangutan Sumatera telah masuk dalam klasifikasi Critically Endangered dalam daftar IUCN. Populasinya menurun drastis dimana pada tahun 1994 jumlahnya mencapai lebih dari 12.000, namun pada tahun 2003 menjadi sekitar 7.300 ekor. Data pada tahun 2008 melaporkan bahwa diperkirakan jumlah Orangutan Sumatera di alam liar hanya tinggal sekitar 6.500 ekor.
Secara historis, orangutan ditemukan di kawasan hutan lintas Sumatera, tetapi sekarang terbatas hanya didaerah Sumatera Utara dan provinsi Aceh. Habitat yang sesuai untuk Orangutan saat ini hanya tersisa sekitar kurang dari 900.000 hektare di pulau Sumatera.
Saat ini diperkirakan orangutan akan menjadi spesies kera besar pertama yang punah di alam liar. Penyebab utamanya adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan.
Orangutan merupakan spesies dasar bagi konservasi. Orangutan memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan. Hilangnya orangutan mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan hujan.

Hutan primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia, dan kunci dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan orangutan turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan berbagain macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.


B.    ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus)

Orangutan Kalimantan, Pongo pygmaeus adalah spesies orangutan asli pulau Kalimantan dan merupakan spesies endemik pulau tersebut. Bersama dengan orangutan Sumatera yang lebih kecil, orangutan Kalimantan masuk kedalam genus pongo yang dapat ditemui di Asia. Orangutan Kalimantan memiliki lama waktu hidup selama 35 sampai 40 tahun di alam liar, sedangkan di penangkaran dapat mencapai usia 60 tahun.
Orangutan kalimantan atau Pongo pygmaeus adalah salah satu spesies orangutan disamping orangutan sumatera. Sesuai namanya, orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) hidup di pulau Kalimantan Hewan ini mempunyai nama latin Pongo pygmaeus. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Bornean Orangutan. Orangutan kalimantan terdiri atas 3 subspesies yaitu Pongo pygmaeus morio, Pongo pygmaeus pygmaeus, dan Pongo pygmaeus wurmbii.

OrangutanP1.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhePazXqW_VQpqJOTwa91wUuleijqESBHhyyFR2ycVBc_pFYhyphenhyphencTn28aIw88bZ-JBA1_MzkFw_BT6zFSLvo2yg7ysJf8gKOiPXPSHgRKVQ_bSr01J0_DRpU4ANQToOEQgssSxXWjzj3dw/s1600/orangutan-kalimantan.jpg

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan            : Animalia
Filum                 : Chordata
Kelas                 : Mammalia
Ordo                  : Primata
Family               : Hominidae
Sub family         : Ponginae
Genus                : Pongo
Spesies              : Pongo pygmaeus

Meskipun populasinya lebih banyak dibandingkan orangutan sumatera, namun bukan berarti orangutan kalimantan bebas dari ancaman kepunahan. Orangutan kalimantan termasuk salah satu satwa langka Indonesia dengan status konservasi endangered (terancam).
ï  Ciri-ciri dan Diskripsi
Orangutan kalimantan tidak berbeda jauh dengan saudaranya, orangutan sumatera. Postur tubuhnya lebih besar dibanding orangutan sumatera. Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) mempunyai berat tubuh sekitar 50–100 kg (jantan) dan 30-50 kg (betina) dengan tinggi rata-rata 1,5 meter.
Bulunya berwarna coklat kemerahan, memiliki lengan yang panjang dan kuat, kaki pendek, dan tidak memiliki ekor. Pejantan orangutan kalimantan memiliki benjolan dari jaringan lemak di kedua sisi wajah yang mulai berkembang di masa dewasa setelah perkawinan pertama.
Orangutan kalimantan merupakan binatang omnivora walaupun lebih menyukai tumbuhan. Makanannya adalah buah, dedaunan, kulit pohon, bunga, telur burung, serangga, dan vertebrata kecil lainnya. Hewan endemik kalimantan ini aktif di siang hari (diurnal). Mereka berkomunikasi dengan suara.

Ciri-ciri dan Deskripsi Orangutan Kalimantan

ï  Daerah Persebaran, Populasi, dan Konservasi.
Sebagai hewan endemik kalimantan, orangutan ini hanya terdapat di Kalimantan (Indonesia dan Malaysia). Habitatnya adalah hutan di daerah dataran rendah hingga daerah pegunungan dengan ketinggian 1.500 meter dpl.
Subspesies Pongo pygmaeus pygmaeus (Northwest Bornean Orangutan) dapat ditemukan di Serawak (Malaysia) dan Kalimantan bagian barat laut. Subspesies Pongo pygmaeus wurmbii (Central Bornean Orangutan) terdapat di Kalimantan Tengah dan bagian selatan kalimantan Barat. Sedangkan subspesies Pongo pygmaeus morio (Northeast Bornean Orangutan) dijumpai di Kalimantan Timur (Indonesia) dan Sabah (Malaysia).
Populasi orangutan kalimantan memang lebih banyak dibandingkan saudaranya orangutan sumatera. Populasinya diperkirakan antara 45.000 hingga 69.000 ekor (Caldecott and Miles 2005). Beberapa lokasi yang menjadi habitat binatang endemik langka ini antara lain Taman Nasional Betung Kerihun (2000 ekor), TN Danau Sentarum (500 ekor), TN Bukit Baka Bukit Raya (175 ekor), TN Gunung Palung (2.500 ekor), dan Bukit Rongga serta Parai (1000 ekor).
Populasi orangutan kalimantan ini semakin hari mengalami penurunan akibat dari rusaknya habitat (kerusakan hutan), kebakaran hutan, pembalakan hutan, menciutnya luas hutan, serta perburuan dan perdagangan liar.
Karena itu IUCN Redlist memasukkan orangutan kalimantan dalam status endangered (terancam) sejak tahun 1994. Sedangkan CITES memasukkannya dalam daftar Apendiks I yang berarti tidak boleh diperdagangkan. Pemerintah Indonesia juga telah memasukkan spesies ini sebagai satwa yang dilindungi.

Orangutan Kalimantan

C.    ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii)
Orangutan Sumatera atau Pongo abelii merupakan satu diantara 11 hewan mamalia paling langka di Indonesia. Populasi orangutan sumatera diperkirakan hanya sekitar 6.500 ekor (Dephut, 2007) saja. Populasinya ini jauh lebih sedikit dibanding saudaranya, orangutan kalimantan.
Orangutan Sumatera adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatera memiliki tinggi sekitar 4.6 kaki dan berat 200 pon. Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.
Orangutan Sumatera adalah hewan endemik pulau Sumatera. Spesies kera besar seperti halnya gorila dan simpanse ini hanya bisa ditemukan di hutan Sumatera saja dan merupakan spesies primata besar paling langka di dunia.

Man of the woods.JPG


Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan            : Animalia
Filum                 : Chordata
Kelas                 : Mammalia
Ordo                  : Primata
Family               : Hominidae
Sub family         : Ponginae
Genus                : Pongo
Spesies              : Pongo abelii

ï  Ciri-ciri dan Diskripsi
Orangutan Sumatera (Pongo abelii) hampir mirip dengan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) namun memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Tinggi tubuh orangutan sumatera sekitar 1,25-1,5 meter dengan berat tubuh berkisar 30-50 kg (betina) dan 50-90 kg (jantan).
Ciri lain orangutan sumatera adalah postur tubuh yang besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki pendek, dan tidak memiliki ekor. Pada tubuhnya ditumbuhi bulu (rambut) berwarna merah kecoklatan.
Orangutan sumatera merupakan binatang omnivora walaupun lebih menyukai tumbuhan. Makanannya bisa berupa buah-buahan, dedaunan, kulit pohon, bunga, telur burung, serangga, dan vertebrata kecil lainnya.
Orangutan jantan dewasa lebih sering menyendiri. Kelompok-kelompok kecil terdiri hanya 2-3 orangutan. Hewan endemik sumatera ini mempunyai daya jelajah sekitar 2-10 km. Anak orangutan akan bersama induknya hingga usia 3,5 tahun. Sedangkan orangutan betina mulai dewasa dan mampu bereproduksi menginjak usia 10-11 tahun.
Yang membedakan dengan orangutan kalimantan, selain ukuran tubuh yang relatif lebih kecil, orangutan sumatera (Pongo abelii) jantan memiliki kantong pipi yang panjang.
ï  Perilaku
Dibandingkan Orangutan Kalimantan, orangutan Sumatera lebih menyukai pakan buah-buahan dan terutama juga serangga. Buah yang disukai termasuk buah beringin dan nangka. Mereka juga makan telur burung dan vertebrata kecil. Orangutan Sumatera lebih singkat dalam makan di batang dalam suatu pohon.
Orangutan Sumatera liar di rawa Suaq Balimbing diamati menggunakan alat. Seekor orangutan mematahkan cabang pohon yang panjangnya sekitar satu kaki, menyingkirkan ranting-rantingnya dan mengasah ujungnya. Lalu ia menggunakan batang itu untuk mencungkil lubang pohon untuk mencari rayap. Mereka juga menggunakan batang itu untuk memukul-mukul dinding sarang lebah. Selain itu, orangutan juga menggunakan alat untuk makan buah. Saat buah pohon Neesia matang, buah itu keras, kulit yang bergerigi melunak hingga ia jatuh terbuka. Di dalamnya ada biji yang disukai orangutan, namun mereka diselimuti rambut yang mirip serat kaca yang sakit bila termakan. Orangutan pemakan Neesia akan memilih batang lima inci, mengulitinya dan kemudian menghilangkan bulu-bulu itu dengannya. Bila buah itu sudah bersih, kera itu akan makan bijinya menggunakan batang itu atau jemarinya. Meskipun rawa yang serupa ada di Kalimantan, orangutan Kalimantan liar belum dilihat menggunakan alat macam ini.
Orangutan Sumatera juga lebih suka diam di pohon daripada sepupunya dari Kalimantan; hal ini mungkin karena adanya pemangsa seperti harimau Sumatera. Mereka bergerak dari pohon ke pohon bergelantungan menggunakan lengannya.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/93/Orang-utan_bukit_lawang_2006.jpg/220px-Orang-utan_bukit_lawang_2006.jpg
Prilaku Orangutan Sumatera
ï  Daur Hidup
Orangutan Sumatera lebih sosial daripada orangutan Kalimantan. Orangutan-orangutan ini berkumpul untuk makan sejumlah besar buah di pohon beringin. Akan tetapi, orangutan jantan dewasa umumnya menghindari kontak dengan jantan dewasa lain. Pemerkosaan umum terjadi di antara orangutan. Jantan sub-dewasa akan mencoba kawin dengan betina manapun, meskipun mungkin mereka gagal menghamilinya karena betina dewasa dengan mudah menolaknya. Orangutan betina dewasa lebih memilih kawin dengan jantan dewasa.
Jangka waktu kelahiran orangutan Sumatera lebih lama daripada orangutan Kalimantan dan merupakan jangka waktu terlama di antara kera besar. Orangutan Sumatera melahirkan saat mereka berumur sekitar 15 tahun. Bayi orangutan akan dekat dengan induknya hingga tiga tahun. Bahkan setelah itu, anaknya masih akan berhubungan dengan induknya. Kedua spesies orangutan mungkin hidup beberapa dekade; perkiraan panjang umurnya dapat melebihi 50 tahun. Rata-rata perkembangbiakan pertama P. abelii adalah sekitar 12,3 tahun tanpa ada tanda menopause.
ï  Status
Orangutan Sumatera endemik dari pulau Sumatera dan hidupnya terbatas di bagian utara pulau itu. Di alam, orangutan Sumatera bertahan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), ujung paling utara Sumatera. Primata ini dulu tersebar lebih luas, saat mereka ditemukan lebih ke Selatan tahun 1800-an seperti di Jambi dan Padang. Ada populasi kecil di provinsi Sumatera Utara sepanjang perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan danau Toba. Survei di danau Toba hanya menemukan dua areal habitat, Bukit Lawang (didefinisikan sebagai suaka margasatwa) dan Taman Nasional Gunung Leuser. Tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies ini dalam IUCN Red List dengan status kritis.
Survei baru-baru ini tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatera yang masih hidup di alam liar. Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat. Program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi dan Riau dan menghasilkan populasi orangutan Sumatera yang baru.
Di kurungan, ada lebih banyak kebun binatang dan taman satwa di luar habitat alami yang tertarik pada orangutan secara umum. Orangutan Sumatera tertua adalah Ah Meng yang lahir pada tahun 1960. Nonja, yang dianggap yang tertua di kandang atau di alam saat kematiannya, mati di Miami MetroZoo pada umur 55.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7e/Orang_utan_and_man.jpg/220px-Orang_utan_and_man.jpg       
Seekor orangutan Sumatera sedang dirawat di Bukit Lawang

ï  Daerah Persebaran
Sebagai hewan endemik sumatera, Orangutan sumatera hanya bisa dijumpai di pulau Sumatera. Beberapa kawasan yang menjadi habitat primata besar ini antara lain di Sumatera bagian utara (Aceh dan Sumatera Utara) seperti di Taman Nasional Gunung Leuser dan Suaka Margasatwa Bukit Lawang. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan reintroduksi orangutan sumatera ke kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Jambi dan Riau).
ï  Populasi
Populasi orangutan sumatera (Pongo abelii) semakin hari semakin menurun. Menurut data IUCN Redlist (2004) populasi mamalia ini hanya 7.300 ekor saja. Dan menurut data Departemen Kehutanan dalam Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan (2007) populasinya diperkirakan tinggal 6.500 ekor. Padahal menurut survei tahun 1994 populasi primata ini masih 12.000 ekor. Populasi Orangutan Sumatera saat ini diperkirakan hanya berkisar 6.624 ekor, yang tersebar di 18 blok habitat (Wich et al, 2008). Dengan penurunan jumlah populasi yang drastis ini, orangutan sumatera bisa punah dalam kurun waktu 10 tahun apabila tidak ada upaya konservasi. Penyebab utama kepunahan orangutan adalah karena kehilangan tempat hidup (rusaknya habitat) akibat penebangan hutan, pengembangan lahan untuk pertanian, perkebunan, pertambangan maupun permukiman. Di sisi lain, perburuan, perdagangan satwa masih tetap berlangsung, menambah tingginya angka penurunan populasi orangutan.Upaya konservasi bukanlah usaha yang mudah, mengingat banyaknya kendala yang dihadapi seperti ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keutuhan hutan dan lemahnya penegakan hukum. Ketergantungan dan keterikatan orang dengan hutan serta kondisinya saat ini menempatkan orangutan sebagai satwa terancam punah yang harus dilestarikan.
ï  Konservasi
Makin langka dan berkurangnya populasi Orangutan Sumatera diakibatkan oleh kerusakan hutan sebagai habitat Orangutan Sumatera. Hutan tropis sumatera yang ditetapkan UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia mengalami degradasi akibat konversi perkebunan sawit, pertambangan, pembukaan jalan, legal maupun ilegal loging, pemukiman dan kebakaran hutan.
Ancaman juga terjadi akibat perburuan liar dan perdagangan bebas. Menurut WWF, pada tahun 1985-1990 saja sekitar 1000-an lebih orangutan sumatera telah dijual ke Taiwan.
Lantaran populasi yang terus menurun dengan cepat tersebut, IUCN Redlist memasukkan orangutan sumatera dalam status konservasi Critically Endangered (Kritis) sejak tahun 2000. Dengan status ini orangutan sumatera menjadi salah satu dari 11 mamalia paling langka di Indonesia.
Orangutan sumatera juga dimasukkan dalam daftar Apendiks I oleh CITES yang berarti tidak boleh diperdagangkan dalam segala bentuk perdagangan internasional. Sedang di Indonesia sendiri, hewan endemik Sumatera ini telah dilindungi berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Jika ancaman perburuan liar dan luas hutan Sumatera yang terus dibiarkan menciut, tidak menutup kemungkinan orangutan sumatera (Pongo abelii) akan menjadi primata besar pertama yang punah di dunia. Dan ini pastinya akan menjadi rekor Indonesia yang menyakitkan kita semua.

D.    PERAN ORANGUTAN DALAM EKOSISTEM
Orangutan sebagai spesies kunci menjadi indikator kelangsungan dan pertahanan ekosistem. Membantu menyebarkan biji-bijian tumbuhan hutan. Saat makan buah, mereka meludahkan biji. Biji ini jatuh ke dasar hutan dan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Dengan kawasan jelajah orangutan betina 800-1500 ha dan bahkan mencapai 4000 ha untuk jantan serta masa hidup yang panjang lebih 50 tahun membantu pelestarian keanekaragaman hayati asli di dalam area jelajahnya.
Orang utan sebagai penyeimbang ekosistem

E.     DASAR HUKUM DAN PERLINDUNGAN
CITES (Convention International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) menetapkan orangutan ke dalam kategori hewan Appendix I (artinya hewan ini sangat terbatas untuk lintas perdagangan dan untuk kepentingan non komersil harus disertai dengan izin, sehingga perlu perhatian serius dari berbagai pihak). IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) menetapkan sebagai satwa sangat terancam punah.  UU No. 5 tahun 1990 (Pemerintah menetapkan hukuman pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan denda maksimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) bagi pelaku yang menangkap, membunuh, memperdagangkan dan memiliki orangutan.

F.     MENCIPTAKAN MODEL DESA KONSERVASI DI HABITAT ORANGUTAN DI KABUPATEN DAIRI DAN PAKPAK BARAT
Selama 20 tahun terakhir, kira-kira 80% habitat orangutan sudah hilang dan diperkirakan orangutan akan punah dalam jangka waktu 10 tahun ke depan jika tidak ada upaya serius dari kita semua untuk melindungi orangutan, sehingga orangutan masuk dalam daftar The 2000 IUCN Red List of Threatened Species. (IUCN Redlist 2003). Project Model Desa Konservasi (MCVs) menjadi penting sebagai upaya perlindungan jangka panjang bagi populasi Orangutan dan habitatnya. Melalui Project Model Desa Konservasi (MCVs) akan dibangun desa konservasi dan rencana tindakan konservasi yang komprehensif dan partisipatif yang bersinergy dengan NGOs konsorsium MCVs lain di wilayah Kawasan Ekositem Lauser serta melibatkan berbagai stake holder. Kegiatan MCVs akan mempertemukan kegiatan konservasi hutan dan orangutan sehingga desa mampu menjadi model konservasi yang berkelanjutan dan dapat dilaksanakan dengan tujuan jangka panjang.



























BAB III
KESIMPULAN
A.    Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera.
1.    Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu orangutan Kalimantan/Borneo (Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatera (Pongo abelii).
2.    Keturunan Orangutan Sumatera dan Kalimantan berbeda sejak 1.1 sampai 2.3 juta tahun yang lalu.
3.    Subspecies:
v Pembelajaran genetik telah mengidentifikasi 3 subspesies Orangutan Borneo : P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio. Masing-masing subspesies berdiferensiasi sesuai dengan daerah sebaran geografisnya dan meliputi ukuran tubuh.
v Orangutan Kalimantan Tengah (P.p.wurmbii) mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Mereka merupakan subspesies Borneo yang terbesar.
v Orangutan Kalimantan daerah Timur Laut (P.p.morio) mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan Timur. Mereka merupakan subspesies yang terkecil.
v Saat ini tidak ada subspecies orangutan Kalimantan yang berhasil dikenali.
B.     Orangutan Kalimantan, Pongo pygmaeus adalah spesies orangutan asli pulau Kalimantan dan merupakan spesies endemik pulau tersebut. Bersama dengan orangutan Sumatera yang lebih kecil, orangutan Kalimantan masuk kedalam genus pongo yang dapat ditemui di Asia. Orangutan Kalimantan memiliki lama waktu hidup selama 35 sampai 40 tahun di alam liar, sedangkan di penangkaran dapat mencapai usia 60 tahun. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Bornean Orangutan. Orangutan kalimantan terdiri atas 3 subspesies yaitu Pongo pygmaeus morio, Pongo pygmaeus pygmaeus, dan Pongo pygmaeus wurmbii.
C.     Orangutan Sumatera atau Pongo abelii merupakan satu diantara 11 hewan mamalia paling langka di Indonesia. Populasi orangutan sumatera diperkirakan hanya sekitar 6.500 ekor (Dephut, 2007) saja. Populasinya ini jauh lebih sedikit dibanding saudaranya, orangutan kalimantan. Orangutan Sumatera adalah hewan endemik pulau Sumatera. Spesies kera besar seperti halnya gorila dan simpanse ini hanya bisa ditemukan di hutan Sumatera saja dan merupakan spesies primata besar paling langka di dunia.
D.    Peran Orangutan Dalam Ekosistem; Orangutan sebagai spesies kunci menjadi indikator kelangsungan dan pertahanan ekosistem. Membantu menyebarkan biji-bijian tumbuhan hutan. Saat makan buah, mereka meludahkan biji. Biji ini jatuh ke dasar hutan dan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
E.     Dasar Hukum Dan Perlindungan; CITES (Convention International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) menetapkan orangutan ke dalam kategori hewan Appendix I. IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) menetapkan sebagai satwa sangat terancam punah.  UU No. 5 tahun 1990 (Pemerintah menetapkan hukuman pidana penjara maksimal 5 (lima) tahun dan denda maksimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) bagi pelaku yang menangkap, membunuh, memperdagangkan dan memiliki orangutan.
F.      Menciptakan Model Desa Konservasi Di Habitat Orangutan Di Kabupaten Dairi Dan Pakpak Barat; Project Model Desa Konservasi (MCVs) menjadi penting sebagai upaya perlindungan jangka panjang bagi populasi Orangutan dan habitatnya. Kegiatan MCVs akan mempertemukan kegiatan konservasi hutan dan orangutan sehingga desa mampu menjadi model konservasi yang berkelanjutan dan dapat dilaksanakan dengan tujuan jangka panjang.


DAFTAR PUSTAKA
Ancrenaz, M., Marshall, A., Goossens, B., van Schaik, C., Sugardjito, J., Gumal, M. & Wich, S. (2007). Pongo pygmaeus. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2007. Diakses pada 2007-09-13.
Brotowijoyo, Mukayat Djarupito.1994.Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Nellemann, C., Miles, L., Kaltenborn, B. P., Virtue, M., and Ahlenius, H. (Eds). 2007. The last stand of the orangutan – State of emergency: Illegal logging, fire and palm oil in Indonesia’s national parks. United Nations Environment Programme, GRID-Arendal,Norway, www.grida.no. ISBN No: 978-82-7701-043
S. A. Wich; S. S. Utami-Atmoko; T. M. Setia; H. D. Rijksen; C. Schürmann, J.A.R.A.M. van Hooff and C. P. van Schaik (2004). "Life history of wild Sumatran orangutans (Pongo abelii)". Journal of Human Evolution 47 (6): 385–398
_________.(2003). "The status of the Sumatran orang-utan Pongo abelii: an update". Flora & Fauna International 37 (1): 49
Singleton, I., Wich, S.A. & Griffiths, M. (2007). Pongo abelii. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2007. Diakses pada 2007-09-13.
Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds). ed. Mammal Species of the World (edisi ke-edisi ketiga). Johns Hopkins University Press.
http://alamendah.wordpress.com/2011/02/17/orangutan-sumatera-pongo-abelii/
http://www.fobi.web.id/v/mammalia/f-hom/pon-pyg
http://www.seaworld.org/animal-info/info-books/orangutan/scientific-classification.htm Spesies]



M A K A L A H

ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus) DAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Zoologi Vertebrata

Oleh:
IRMA WIJAYANTI
NIM (1209206026)















Dosen: Sumiyati Sa’adah, M.Si

Prodi Pendidikan Biologi /A/IV
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011

1 komentar: